Puncak Bogor Lokasi Wisata Populer Warga Jabodetabek, Sejarah Puncak Bogor Ditemukan Karena Penyakit Malaria

27 Desember 2023, 18:50 WIB
Kawasan Puncak Bogor. /Instagram/telagasaatpuncak

PR JABAR - Puncak Bogor adalah sebuah kawasan perbukitan yang terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Kawasan ini terkenal dengan keindahan alamnya yang menyajikan pemandangan pegunungan dan udara yang sejuk.

Sejarah Puncak Bogor bermula pada masa penjajahan Belanda di Indonesia pada abad ke-19. Pada masa itu, Puncak Bogor menjadi tempat favorit bagi para pejabat Belanda untuk beristirahat dan berlibur dari kepenatan aktivitas di kota.

Mereka membangun rumah-rumah di kawasan Puncak Bogor sebagai tempat tinggal sementara selama liburan atau sebagai tempat kerja jika diperlukan.

Beberapa rumah-rumah tersebut masih dapat ditemukan hingga saat ini dan menjadi salah satu daya tarik wisata Puncak Bogor.

Wabah Malaria

Sejarawan Jakarta, JJ Rizal mengatakan jika kawasan Puncak bermula dari wabah penyakit yang mengerikan di Kota Batavia yang kini dikenal dengan nama Jakarta. "Bermula dari tiga ratusan tahun lalu di tahun 1733, Kota Batavia mengalami wabah Malaria," ujar Rizal

Ilustrasi Pengobatan Malaria

Kala itu, kondisi wabah malaria membuat kaum elit pergi meninggalkan Batavia ke wilayah selatan untuk mendirikan tempat peristirahatan atau resort. Pendirian resort tersebut digagas oleh Gubernur Jenderal Belanda keturunan Jerman yakni Baron Van Imhoff (1743-1750).

Di tengah ketidaktahuan penyakit ini, Van Imhoff mencari alternatif pengobatan dengan memindahkan rumah tinggal para elit dengan membangun rumah peristirahatan atau resort yang mengarah ke selatan Batavia karena alamnya semakin ke Selatan semakin baik ketimbang Batavia," sambung Rizal

Selain itu, pada masa penjajahan Belanda, Puncak Bogor juga menjadi tempat yang penting dalam bidang penelitian alam.

Foto Kebun Raya Bogor tahun 1880(KITLV)

Kebun raya ini kemudian berkembang menjadi Kebun Raya Bogor yang terkenal hingga saat ini sebagai tempat penelitian dan konservasi tumbuhan.

Tempat yang kini jadi Istana Bogor adalah titik awal ditemukannya kawasan Puncak. Rumah peristirahatan yang dibangun misalnya ada di Cimanggis, Depok yang dibuat Gubernur Jendral Van Der Varra hingga rumah peristirahatan Baron Van Imhoff yang kini menjadi Istana Bogor yang dulu dikenal di wilayah Buitenzorg alias Bogor.

Istana Bogor(indonesia.go.id)

Wilayah Bogor yang dulu sangat asri, membuat Van Imhoff mendirikan tempat pengobatan alternatif semacam spa. Sebagai keturunan Jerman, Van Imhoff mengimpor sistem pemulihan kesehatan alternatif dengan spa di lingkungan yang alami, sehat dan udaranya sangat baik di tempat yang sekarang kita kenal dengan Kawasan Puncak. Dibandingkan di Batavia begitu berbau busuk dan pengap akibat wabah Malaria.

Penelitian Obat dan Tanaman

Untuk memudahkan pengelolaan, Gustaf menggabungkan sembilan distik yang berada di kawasan ini yaitu Cisarua, Pondok Gede, Ciawi, Ciomas, Cijeruk, Sindang Barang, Balubur, Dramaga dan Kampung Baru, ke dalam satu pemerintahan yang disebut Regenteschap Kampung Baru Buitenzorg.

Foto jurang Cisariua di Sindanglaya dekat Cianjur tahun 1880(KITLV)

Dalam perkembangan berikutnya, nama Buitenzorg dipakai untuk menunjuk wilayah Puncak, Telaga Warna, Mega Mendung, Ciliwung, Muara Cihideung, hingga Puncak Gunung Salak dan Puncak Gunung Gede .

Bogor dan kawasan Puncak lambat laun berkembang menjadi ruang penelitian para ilmuwan untuk menemukan obat malaria. Tahun 1815 Raja Belanda Willem I mengirim Botanicus Belanda untuk menjajaki dan menggali potensi perkebunan di Bogor, tepatnya di rumah Baron Van Imhoff hingga munculnya Kebun Raya Bogor untuk tempat penelitian.

Aktivitas para ilmuwan di Kebun Raya Bogor berujung dibukanya Kebun Raya Cibodas di daerah Puncak yang akhirnya ditemukannya obat Malaria dari pohon Kina di tempat tersebut tahun 1845

Mayjen Infanteri R. ten Seldam bersama rombongan pramuka dan beberapa anak lainnya di Cisarua dalam foto yang diambil tahun 1921.(KITLV)

Dibuatnya Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas tentunya tak terlepas dari akses jalan yang dibuat Gubernur Jendral Belanda yang terkenal dengan sistem kerja rodi.

Pembuatan Infrastruktur

Tempat penelitian ini dapat berkembang sejalan dengan infrastruktur Jalan Raya Pos yang kini dikenal dengan Jalan raya Puncak Pas yang digagas Herman William Daendels.

Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, Herman Willem Daendels (1808-1811) menggagas Grotepost weg atau Jalan Raya Pos yang membentang di sepanjang utara Pulau Jawa yang menghubungkan Anyer (Banten) dengan Panarukan (Jawa Timur). Jalan Raya Pos itu dibangun mulai dar Anyer, Jakarta lalu ke Bogor melalui Jalan Jakarta atau Bataviascheweg dan Jalan Perniagaan (Handelstraa).

Awalnya pembangunan jalan tak ada kendala. Namun ketika ketika memasuki kawasan Gadok, Cisarua, Puncak, Cianjur, Bandung, Sumedang hingga Cirebon banyak terkendala oleh pebukitan dan pegunungan yang terjal. Pemerintah Hindia belanda kemudian mengutus Kolonel Von Lutzouw dari tentara kerajaan Belanda untuk memimpin proyek pembangunan jalan yang terkendala oleh kondisi medan yang berbukit-bukit itu.

Pemerintah Hindia Belanda juga menyediakan upah hingga 30.000 ringgit di luar beras dan garam sebagai bahan persediaan makanan untuk para pekerja. Besarnya upah yang diberikan pun disesuaikan dengan kondisi medan yang dilalui.

Pada waktu membuka lahan di kawasan Puncak, para pekerja mendapatkan upah yang paling besar yaitu 10 ringgit per bulan sementara upah di jalan lain hanya berkisar 1 ringgit hingga 6 ringgit per bulan)

Pada waktu itu pembangunan jalan raya di kawasan Puncak bisa dikatakan adalah yang paling sulit, bahkan para pekerja yang dikerahkan untuk membuka dan meratakan lahan berjumlah 400 orang pekerja yang sebagian besar didatangkan dari Jawa.

Beratnya medan tersebut adalah karena keberadaan Gunung Megamendoeng yang berketinggian 1880 mdpl yang lokasinya berada di sekitar Puncak Pass yang akan dijadikan jalan raya.

Sebelum jalan raya puncak dibangun, perjalanan menuju Cipanas dari Batavia akan memakan waktu hingga delapan hari. Setelah pembangunan jalan ini selesai, perjalanan tersebut bisa dilalui dalam waktu kurang dari satu hari. Namun begitu, Walter Kinloch (1853) mencatat bahwa jalan di Cisarua saat itu masih sangat terjal, sehingga mereka akan membutuhkan bantuan beberapa ekor kerbau untuk menarik kereta kuda.

Yang menarik adalah, pembangunan Jalan Raya Pos sepanjang hampir 1.000 km ini hanya memakan waktu selama satu tahun saja yang dimulai pada Mei 1808 dan berakhir September 1809.

Mengingat besarnya manfaat ekonomi dari selesainya pembangunan Jalan Raya ini, sudah tentu menjadi sebuah prestasi yang luar biasa dari sang Gubernur Jenderal, H.W Daendels. Terlebih lagi saat itu pembangunan jalan raya ini masih dilakukan secara manual dan dengan teknologi yang cukup sederhana.

Dibalik prestasinya yang luar biasa itu, di tengah himpitan ekonomi dari pemerintah Hindia Belanda yang terus menurun akibat serangan Inggris. Sementara itu beratnya medan dan ketinggian wilayah Puncak, akhirnya harus dibayar mahal dengan banyaknya jumlah korban dari kalangan buruh yang bekerja membuat Jalan Raya Pos.

Daendels tidak meneruskan jalan yang sudah ada namun membuka jalan baru Puncak membuka jalan baru di medan berat hingga ketinggian 1.408 MDPL di kawasan Megamendung, Puncak.

Proyek ini mengakibatkan jatuhnya 500 ribu lebih korban meninggal dari kalangan buruh Sunda dan Jawa," papar Rizal Ia bercerita, hadirnya akses jalan membuat Kawasan Puncak tereksploitasi karena berkembang menjadi lokasi wisata dan perkebunan teh.

"Dari lukisan karya Raden Saleh setelah 70 tahun Daendels berkuasa di tahun 1871, menggambarkan munculnya perkampungan baru dan adanya warung kopi Mak Nina yang juga menyediakan penginapan dan kompleks pelacuran di Puncak," sebut Rizal.

Lukisan dengan objek Wilayah Puncak karya Raden Saleh

 "Akhir abad 19 jelang abad 20, investasi perkebunan teh yang menjadi aset Kawasan Puncak. Tahun 1937 pariwisata makin besar, aktivitas ilmuwan menurun, dan perkebunan menggusur hutan di sana dan membuat berdirinya hotel dan resort Puncak," papar JJ Rizal. Hal ini, membuat Puncak yang asri dan berfungsi sebagai wilayah resapan air berubah menjadi ikon wisata kota Batavia.

Puncak yang dieksploitasi menjadi kawasan wisata dan perkebunan membuat Jakarta terkena bencana alam berupa banjir akibat wilayah Puncak tak optimal lagi sebagai kawasan hijau penyerap air saat hujan,"jelasnya Rizal.

Rizal menambahkan, Kawasan Puncak yang kini sering macet merupakan penerusan ulah Belanda yang menjadikan kawasan asri menjadi tempat wisata. "Dari kejadian 300 tahun ini, Batavia yang sumpek dan pengap akibat Malaria, Puncak jadi ruang untuk pergi dan jadi lokasi penyembuhan. Ketika kekuasaan Belanda hengkang dari Indonesia, puncak semakin dieksploitasi dan kita mewarisi itu sampai saat ini," tutupnya.

Pada masa kemerdekaan Indonesia, Puncak Bogor tetap menjadi tempat yang populer bagi para wisatawan untuk berlibur dan menikmati keindahan alamnya.

Pada tahun 1971, pemerintah Indonesia membangun Jalan Raya Puncak yang menghubungkan Jakarta dan Bogor, sehingga membuat akses ke Puncak Bogor semakin mudah.

Saat ini, Puncak Bogor telah menjadi destinasi wisata yang terkenal di Indonesia. Selain kebun raya dan rumah-rumah bersejarah, kawasan ini juga memiliki berbagai atraksi wisata seperti taman bermain, restoran, dan tempat rekreasi alam.

Puncak Bogor juga menjadi salah satu kawasan penting dalam produksi sayur-mayur dan bunga di Indonesia. Daerah Puncak memiliki kontur alam yang unik. Hampir sebagian besar wilayah ini diselimuti perkebunan teh dengan latar belakang pegunungan.

Keindahan alam daerah ini memukau Presiden Soekarno, sehingga ia membangun sebuah restoran untuk menikmati keindahan alam Puncak, yang kemudian diberi nama Restoran Riung Gunung.

Pilihan Wisata Beragam

Terdapat juga tempat-tempat rekreasi dan agrowisata yang indah, antara lain Perkebunan Teh Gunung Mas dan Gantole (Paralayang). Di daerah Puncak juga terdapat berbagai tempat wisata menarik diantaranya:

  • Wisata Gunung Mas
  • Paralayang Gantole Puncak
  • Taman Bunga Nusantara
  • Taman Wisata Matahari
  • Little Venice
  • Curug Kembar
  • Masjid Atta’awun
  • Curug Cibaliung
  • Gunung Pancar
  • Bukit Alesano
  • Kebun Raya Cibodas
  • Puncak Lawang Bogor
  • Tirta Sanita Ciseeng
  • Devoyage Bogor
  • Penangkaran Rusa Giri Jaya
  • Candi Tridharma Gunung Putri
  • Curug Cilember
  • Highland Park Resort
  • Curug Leuwi Lieuk
  • Cimory Riverside

Dengan beragamnya tempat wisata yang ada di Puncak Bogor menjadi alasan tersendiri kawasan tersebut ramai dikunjungi wisatawan.

Di daerah ini juga terdapat banyak sekali villa dan hotel yang dimiliki oleh investor dan warga sekitar untuk tempat beristirahatnya pengunjung. Daerah Puncak dapat dicapai dari Jakarta dan Bandung melalui Jalan Nasional Rute 8. Selain itu, daerah ini juga dapat diakses melalui Jalan Tol Jagorawi dan Jalan Tol Bocimi.

***

 

Editor: Iswahyudi

Tags

Terkini

Terpopuler