PR JABAR – Dalam beberapa pekan ini sejumlah kalangan menyampaikan dukungan untuk Staf Khusus (Stafsus) Menteri Agama (Menag) H Muhammad Nuruzzaman agar maju mencalonkan diri menjadi calon bupati Cirebon.
Dukungan di antaranya datang dari kalangan aktivis organisasi kepemudaan, kiai muda pesantren, tokoh organisasi petani, organisatoris perempuan hingga pegiat toleransi beragama.
Selasa 16 April 2024, Nuruzzaman merespons banyaknya dukungan yang disampaikan dari berbagai kalangan agar ia mau maju dalam kontestasi Pemilihan Bupati (Pilbup) Cirebon tahun 2024.
Kepada sejumlah wartawan mantan ketua Pengurus Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Cirebon itu mengakui banyaknya dukungan disampaikan kepadanya untuk maju di Pilbup Cirebon.
Pria yang tinggal di lingkungan Pesantren Babakan, Ciwaringin, Cirebon itu menyampaikan terima kasih atas dukungan yang diberikan baik perorangan maupun kelompok.
Bahkan, kata dia, karena munculnya banyak dukungan, sejumlah tokoh partai politik juga ada yang berkomunikasi terkait dukungan bila dirinya mau maju sebagai calon bupati.
Satu hal yang ia sampaikan kepada pendukungnya bahwa sebagai santri, pantang memiliki ambisi untuk mengejar jabatan, termasuk posisi bupati Cirebon.
“Saya tidak punya ambisi untuk maju sebagai calon Bupati Cirebon,” tegas tokoh muda yang getol memperjuangkan moderasi beragama baik di jalur Kementerian Agama (Kemenag) maupun Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Sejumlah wartawan pun menanyakan, apakah dia sudah memutuskan untuk maju mencalonkan diri dalam perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten Cirebon 27 November 2024 nanti?
Tokoh yang berpendidikan terakhir doktoral atau S3 itu mengatakan, hingga saat ini belum memutuskan untuk maju mencalonkan diri.
Terkecuali, sambungnya, ada perintah dari para kiai sebagai panutannya, utamanya di Kabupaten Cirebon yang memintanya untuk maju di Pilbup Cirebon, jika tidak dia tak akan maju.
Dikatakan, sebagai santri pantang baginya menolak perintah para kiai, karena mereka adalah guru dan lebih mengetahui kondisi yang ada.
“Jika para kiai pesantren-pesantren yang ada di Cirebon memerintah saya harus maju karena kondisi yang ada di Cirebon, maka saya akan mengikuti perintah beliau-beliau," tutur Nuruzzaman.
Jika nanti ada perintah dari para kiai, Nuruzzaman juga mengaku harus meminta izin dan restu dari pimpinan PBNU, karena ia merupakan salahsatu bendahara dan izin ke Menag Yaqut Cholil Qoumas yang memberikan kepercayaan kepadanya menjadi Stafsus.
“Saya pengurus di PBNU, jadi harus juga meminta izin utamanya dari ketua umum dan rois syuriah PBNU, termasuk izin Menteri Ag ama Gus Yaqut,” ucap dia.
Untuk diketahui, Nuruzzaman adalah sosok organisatoris yang berkarir organisasi dari bawah, mulai dari ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kabupaten Cirebon dan ketua PC GP Ansor Kabupaten Cirebon.
Karir organisasinya berlanjut dengan menjadi Wakil Ketua PP GP Ansor sekaligus Komandan Densus 99 Banser dan kini jadi Bendahara PBNU.
Dia juga merupakan seorang akademisi mengajar sejak masih bujangan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Gunung Jati (UGJ) Cirebon.
Sejak lulus kuliah, Nuruzzaman juga bergabung dengan sejumlah Non Government Organizazion (NGO) baik dalam maupun luar negeri dalam penelitian dan advokasi isu-isu toleransi, radikalisme, hingga kesetaraan gender.
Ia menikah dengan Syariefah Yukhaniz, putri dari almarhum KH Syarief Hud Yahya, pendiri salahsatu pesantren di Babakan Ciwaringin dan dikaruniai tiga orang anak. ***