Perusahaan Brunei Berencana Membangun Kereta Cepat yang Menghubungkan IKN dan Malaysia

- 4 April 2024, 08:56 WIB
ilustrasi IKN
ilustrasi IKN /

PR JABAR - Sebuah perusahaan infrastruktur yang berbasis di Brunei Darussalam, Brunergy Utama, mengumumkan usulan pembangunan kereta api berkecepatan tinggi pertama di Pulau Kalimantan pada akhir Maret 2024. Proyek ini akan menghubungkan Brunei dengan dua negara tetangganya, Malaysia dan Indonesia, termasuk Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Kereta Api Trans-Borneo, seperti yang diusulkan, akan membentang sepanjang 1.620 kilometer dari sisi barat ke sisi timur Kalimantan, melintasi tiga negara Asia Tenggara. Tahap pertama akan menghubungkan Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat, dengan Kuching dan Kota Kinabalu, ibu kota negara bagian Sarawak dan Sabah di Malaysia, serta Distrik Tutong di Brunei dan wilayah barat di pantai utara Kalimantan.

Tahap kedua berlanjut ke arah selatan, menghubungkan Tutong dengan Provinsi Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur, termasuk Samarinda dan Balikpapan, yang nantinya akan menjadi ibu kota Indonesia di masa depan, Nusantara.

Menurut rencana Brunergy Utama, akan ada empat terminal yang berfungsi sebagai jaringan utama kereta berkecepatan tinggi bersama dengan total 24 stasiun. Kereta api cepat tersebut direncanakan melaju dengan kecepatan hingga 350 kilometer per jam, dengan perkiraan biaya sekitar 70 miliar dollar AS.

Namun, prospek proyek ini masih belum jelas, termasuk partisipasi dari Malaysia dan Indonesia. Menteri Komunikasi dan Transportasi Brunei, Shamhary Mustapha, mengungkapkan bahwa usulan pembangunan kereta yang melintasi semua kawasan Kalimantan belum dibahas secara resmi di tingkat pemerintah.

Pejabat pemerintah daerah di Kalimantan Utara juga menyatakan bahwa beberapa diskusi telah dilakukan mengenai proyek kereta cepat dengan Brunei, tetapi Indonesia belum memberikan komitmen apa pun.

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Risal Wasal, mengatakan bahwa proyek tersebut masih berupa usulan dan Brunergy Utama belum melakukan pembicaraan dengan pemerintah Indonesia sampai saat ini.

"Belum ada omongan ke kita. Tahu-tahu dia ngeluarin saja ke Kalimantan. Trasenya belum tahu, belum ada omongan sedikit pun," ujarnya.

Risal menyebut bahwa proyek Kereta Api Trans-Borneo memungkinkan untuk direalisasikan jika ada investor yang bersedia membiayai pembangunannya. Namun, belum ada kajian mengenai proyek ini, baik dari sisi perkiraan permintaan, trase, maupun studi kelayakan.

Senada, Menteri Transportasi Malaysia, Anthony Loke, mengatakan bahwa proyek tersebut masih berbentuk proposal dan belum ditawarkan ke perusahaan mana pun. Pemerintah Malaysia akan melakukan studi kelayakan tahun ini, tetapi dokumen tender belum diselesaikan.

Halaman:

Editor: Iswahyudi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah