Faisal Basri Sebut Pemeritahan Timor Leste Jauh Lebih Ilahiah dari Indonesia, Simak Faktanya Berikut Ini

- 5 Januari 2024, 15:49 WIB
Salah satu spot di Timor Leste.
Salah satu spot di Timor Leste. /




PR JABAR - Ekonom Senior Faisal Basri menilai pengelolaan negara di Timor Leste jauh lebih ilahiah daripada Indonesia. Menurutnya, pemerintahan Indonesia di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkesan ugal-ugalan.

Hal tersebut disampaikan Faisal Basri saat berbincang-bincang dengan mantan Ketua KPK Abraham Samad pada kanal YouTube Abraham Samad Speak Up.

"Terbukti dalam banyak hal, Timur Leste itu lebih bisa menemukan jati dirinya setelah keluar dari Indonesia dan dia bisa
menyusul Indonesia dalam berbagai hal dalam mengelola perekonomiannya," ujar Faisal Basri.

"Mereka lebih beradab gitu ya. Kita nih kurang beradab dalam mengelola ekonomi," lanjut dia.

Menurutnya hal tersebut dapat terlihat dalam mengelola pendapatan maupun pengeluarannya. "Kalau dapat rezeki nonplok, wajib dihabiskan jangan ditabung. Kalau sedang susah, malah ngutang," ujar dia.

Kondisi seperti itu, menurut dia, tidak terjadi di Timor Leste. Pasalnya, ia menilai, pemerintahan di Timor Leste mengikuti perintah dari Kitab Suci.
 
"Timur Leste enggak begitu. Timur Leste ikut perintah kitab suci. Surat Yusuf ayat 43 sampai 54 atau di Alkitab Injil itu di bab kejadian,  yang bilang kalau panen kamu bagus gunakan seperlunya, sisanya tabung," ucap Faisal Basri.

Upaya seperti itu, menurut Faisal Basri, dilakukan pada penghasilan negara dari sektor mintak dan gas (Migas). "Timor Leste itu mereka punya Migas sedikitlah ya. Nah hasil migasnya kan mereka jual, yang boleh ditaruh di APBN cuma 10 persen, sisanya harus ditabung," katanya.

"Karena itu merupakan hak dari generasi mendatang," tegasnya.

Terkait hal itu, Faisal Basri menyinggung masalah nikel di Indonesia. Menurut perhitungannya di Tahun 2022, bahan tambang tersebut bakal habis di Indonesia 13 tahun kemudian. Sedangkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), memprediksi habis berkisar 6 - 11 tahun mendatang.

"Nanti nih adik-adik yang muda-muda ini, yang pakai mobil listrik baterainya, nikelnya, harus impor. Habis nikel kita sudah
nikelnya impor habis nikel kita sudah," kata Faisal.

"Jadi bernegara enggak boleh setolol itu," ujarnya.

Nusa Tenggara Timur lebih menjanjikan

Namun demikian, berdasarkan penelusuran PR JABAR, perkembangan ekonomi Timor Leste sangat timpang  dari Indonesia. Bahkan dengan provinsi Nusa Tenggara Timur sekalipun.

Dari sisi GDP (Gross Domestic Product), Timor Leste sebesar  USD 1.96 milyar. Sedangkan GDP Regional NTT atas harga berlaku tercatat sebesar Rp118.7 triliun atau dengan kurs Rp15.000/USD, maka kira-kira GDP Regional NTT sekitar USD 7.9 milyar. Ini artinya, kekuatan perekonomian NTT lebih besar hampir 4 kali lipatnya.

Dari sisi wilayah juga terlihat lebih luas NTT, yakni sekitar 49 ribu km persegi, Sedangkan Timor Leste itu sekitar 14 ribu km persegi. Dan jumlah penduduk NTT jauh lebih besar hingga 5.4 juta jiwa. Sedangkan Timor Leste sebesar 1,3 juta jiwa. Artinya,  market Timor Leste lebih sedikit sehingga  consumption rumah tangga yang merupakan komponen GDP secara teoritis akan lebih kecil.

Tingkat inflasi terlihat bahwa Timor Leste lebih besar … yaitu sekitar 9.6% … sedangkan NTT sekitar 6.6% sehingga potensi kemakmuran NTT lebih besar dari Timor Leste. Dari sisi wisatawan asing yang berkunjung… terlihat juga ke Timor Leste relatif sangat terbatas, yakni sekitar 79 ribu pertahun. Sedangkan NTT maksimum sekitar 155 ribu di tahun 2019.***

Editor: H. D. Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah