Ungkap Hadirnya Pekerjaan Baru, Direktur BRI Ungkap Kelemahan AI Sehingga Tuntut Adanya Regulasi

- 28 Januari 2024, 16:23 WIB
Direktur Utama BRI, Sunarso.
Direktur Utama BRI, Sunarso. /Humas BRI



PR JABAR - Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan bukan merupakan ancaman bagi pekerjaan seseorang, melainkan justru bisa digunakan sebagai alat untuk membantu orang itu bekerja menjadi lebih produktif.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama BRI Sunarso saat menghadiri gelaran World Economic Forum 2024 yang diselenggarakan di Davos pada 15-19 Januari 2024 dikutip PR Jabar dari Antara, Minggu, 28 Januari 2024.

“AI hadir justru bisa mengamplifikasi pekerjaan yang tidak dapat digantikan oleh mesin ataupun teknologi. Satu hal yang paling jelas adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pengembalian fungsi alam setelah bertahun-tahun dieksploitasi oleh manusia,” kata Sunarso.

Upaya mengembalikan kelestarian dan fungsi dasar alam, lanjut dia, bisa menjadi pekerjaan baru di masa mendatang yang menghasilkan pemasukan (income) tersendiri bagi manusia.

Iapun sebagai pemimpin di perusahaan BUMN memiliki tanggung jawab menyediakan pekerjaan itu agar masyarakat tetap sejahtera di tengah gempuran teknologi. Sehingga pada akhirnya, pekerjaan itu bisa menjadi sumber pertumbuhan baru di Indonesia.

“Contohnya, banyak dibutuhkan ribuan bahkan jutaan tenaga kerja untuk sekadar menanam, memperbaiki daerah aliran sungai. Menanam menghijaukan hutan-hutan yang setiap tahun terbakar, menanam menghijaukan kembali bumi gunung di Jawa yang setiap kemarau terbakar. Itu create job! Itu adalah sumber pekerjaan baru, sumber pendapatan baru, dan sumber pertumbuhan baru,” ungkap dia.

Baca Juga: Anda Berhasil Dapat Uang Rp 600 ribu Januari 2024 Tanpa Cek Penerima BLT Banpres UMKM di Eform BPUM BRI BNI

Pekerjaan baru tersebut, Sunarso mengatakan, hanya bisa dikerjakan oleh sentuhan tangan manusia dibanding mesin atau teknologi yang tidak mempunyai perasaan.

Meski begitu, Sunarso mengharapkan adanya regulasi terkait AI sebagai upaya preventif terjadinya kejahatan siber di masa mendatang.

”Saya termasuk yang gelisah sedikit, yang saya gelisahkan sama yakni butuh regulasi. Itu mesin memang bisa melakukan dan mengkerjakan ribuan algoritma, tapi kelemahannya tetap dia tidak punya perasaan," katanya.

"Ketika data yang masuk tanpa perasaan, dimanipulasi, dan itulah yang terjadi di cyber crime. Ada orang yang lebih pintar dari pencipta AI itu sendiri menggunakannya untuk cyber crime,” jelasnya.

BRI sejauh ini telah memiliki tiga strategi untuk melakukan mitigasi risiko atas keberadaan AI dibawah komando Sunarso. Selain perkuat regulasi, ada juga peningkatan kemampuan teknis para pekerja untuk menyaring data yang akan dimasukkan ke engine AI.

Hal yang terakhir, perseroan memastikan kepatuhan pekerja pengendali AI agar bekerja berdasarkan hati nurani.

“Jadi strategi jangka panjang, BRI tetap akan menerapkan strategi hybrid. Menggunakan otak mesin yg tugasnya mengerjakan pekerjaan yang rumit dan berulang. Tapi menyimpulkan hasil akhir dan menentukan keputusan tetap harus manusia,” jelas Sunarso.

BRI telah menerapkan teknologi AI yang berdampak pada meningkatnya produktivitas dan efisiensi di tubuh perseroan tanpa meninggalkan fungsi pekerjanya. Salah satu produk bernama BRI BRAIN yang merupakan “pusat otak digital” BRI yang mengkonsolidasikan kapabilitas AI dan analitik, untuk meningkatkan customer engagement, anti-fraud & risk analytics, credit underwriting, hingga automasi untuk smart services & operations.

Di sisi lain, ada pemanfaatan AI pada super apps BRImo yang digunakan dalam memberikan rekomendasi transaksi serta penawaran produk customize sesuai profil nasabah. Pemanfaatan AI tersebut terbukti mampu mengakselerasi kinerja BRImo sehingga sampai saat ini sudah dipercaya sebanyak 31,6 juta users dengan volume transaksi mencapai Rp4.158 triliun atau tumbuh 55,8% yoy per Desember 2023.***

Editor: H. D. Aditya

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah