Ngalaksa Tradisi Rancakalong Sumedang, dari Mitologi sampai Ungkapan Rasa Syukur Atas Berkah Pertanian

- 27 Desember 2023, 00:14 WIB
Upacara Adat Ngalaksa/Ngabaliung diDesa Cipasung Kecamatan Lemahsugih
Upacara Adat Ngalaksa/Ngabaliung diDesa Cipasung Kecamatan Lemahsugih /setda.majalengkakab.go.id/

PR JABAR - Ngalaksa adalah upacara tradisional masyarakat Sunda yang dilaksanakan berhubungan dengan kesuburan lahan pertanian.

Pertanian bagi masyarakat di Jawa Barat menjadi suatu hal penting dengan berbagai tradisinya. Bahkan saking dekatnya masyarakat Sunda dengan kegiatan bercocok tanam, mereka kerap mengiringi kegiatan tersebut dengan berbagai ritual yang dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan.

Sumedang, sebagai salah satu kota budaya di Jawa Barat juga memiliki tradisi pertanian yang kerap dilaksanakan melalui ritual penghormatan khusus bernama Ngalaksa. Dalam keterangannya yang dilansir dari disparbud.jabarprov.go.id, masyarakat di Rancakalong di Kabupaten Sumedang selalu berucap syukur saat masa panen tiba.

Hal tersebut diwujudkan melalui beberapa kegiatan doa serta tarian bernama Rengkong. Mereka melangsungkan tradisi tersebut secara turun temurun dengan penuh suka cita.

Seperti lazimnya dalam sebuah ritus, masyarakat di Rancakalong juga memiliki aturan tersendiri yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan kegiatan upacara Ngalaksa.

Menjadi salah satu upacara adat Sunda, Ngalaksa adalah proses membawa padi ke lumbung dan membuat laksa sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesuksesan hasil panen padi di sawah yang diperoleh masyarakat.

Terdapat beberapa versi tentang lahirnya budaya ngalaksa ini dari berkaitain dengan mitologi hingga wilayah kekuasaan

Ngalaksa Versi Perjalan ke Mataram

Dahulu masyarakat Rancakalong mengalami musibah, yaitu tanaman padi di daerah tersebut tidak menghasilkan biji.  Tanaman padi di daerah itu hanya terdiri dari kulitnya saja. Jadi, tidak memiliki isi atau biji padi di dalamnya.

Hal ini membuat masyarakat di daerah tersebut menjadi kelaparan. Untuk mengatasi kondisi ini para tetua atau tokoh masyarakat Sumedang akan melakukan perjalanan ke Raja Mataram. Tujuannya untuk memperoleh bibit padi.  Para tokoh tersebut memilih ke kerajaan Mataram karena di masa itu Mataram dikenal sebagai lumbung padi.

Halaman:

Editor: Iswahyudi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah