Mengenai asal mula dan sejarah situs ini, nama "Padang" bukanlah merujuk pada kota di Sumatera Barat tetapi berasal dari bahasa Sunda yang berarti "bercahaya", dan ada yang menyebutnya Bukit Cahaya.
Menurut buku karya Adhitya Dwipayana Raspati (2022), penelitian pertama mengenai Gunung Padang dimulai pada masa Kerajaan Sunda di bawah pemerintahan Raja Prabu Siliwangi sekitar tahun 1482-1521 M.
Baca Juga: Perang Cirebon Vs Sumedang Larang, Cinta Lebih Penting Daripada Kerajaan dan Seisinya
Pada Era Kolonial Belanda
Pada era kolonial Belanda, tepatnya pada tahun 1890 M, penelitian dilanjutkan oleh De Corte dan Rogier Verbeek.
Setelah kemerdekaan Indonesia, minat untuk meneliti situs ini semakin meningkat di kalangan pemerintah dan arkeolog.
Dahulu, Gunung Padang hanya dianggap sebagai situs bersejarah biasa. Namun, mulai tahun 2011, peneliti memulai eksplorasi lebih dalam dan menemukan bahwa Gunung Padang memiliki keunikan yang lebih dari sekadar situs biasa.
Situs ini awalnya diidentifikasi sebagai punden yang mirip dengan piramida kuno Machu Picchu di Peru.
![Gunung Padang](https://assets.pikiran-rakyat.com/crop/57x837:1079x1673/x/photo/2023/10/24/2284775434.jpg)
Melalui pengujian laboratorium, ditemukan bahwa pasir halus di dalam struktur mungkin berfungsi sebagai penguat alami untuk mengurangi dampak gempa.
Tim riset dari berbagai instansi, termasuk Tim Terpadu Riset Mandiri yang dikoordinir oleh Andi Arief, mengumpulkan peneliti untuk mendalami lebih lanjut.