MUI Isyaratkan Waktu Tiba Puasa Ramadhan Berbeda Namun Lebaran Sama, Sidang Isbat Masih Penting?

- 10 Maret 2024, 14:59 WIB
Ilustrasi. Waktu tiba Ramadhan di Indonesia berpotensi berbeda meski Lebaran berbarengan.
Ilustrasi. Waktu tiba Ramadhan di Indonesia berpotensi berbeda meski Lebaran berbarengan. /Unsplash/Ache Dipro



PR JABAR - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengisyaratkan bahwa waktu mulai puasa sejumlah umat di Indonesia tahun ini bakal berbeda namun masa Lebaran Idul Fitri akan sama.

Setidaknya hal tersebut disampaikan Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah Cholil Nafis melalui akun X @cholilnafis, Minggu 10 Maret 2024.

"Saya yakin masyarakat sudah terbiasa dengan perbedaan memulai puasa ataupun berlebaran. Tahun ini sepertinya memulai Ramadhan ada yang berbeda tapi insya Allah lebarannya bareng. Mulailah Ramadhan kita sesuai keyakinan masing-masing dengan tetap berupaya khusyu’ dan penuh keimanan," ujarnya.

Seperti telah diketahui, Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa Ramadhan 2024 jatuh pada Senin, 11 Maret 2024.

Sementara pemernintah ataupun Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) diperkirakan jatuh pada Selasa 12 Maret 2024. Untuk memastikan itu, pemerintah bakal menggelar sidang isbat petang ini.

Cholil Nafis menilai pelaksanaan Sidang Isbat penentuan bulan Hijriah masih penting untuk memberi kepastian waktu kepada masyarakat, khususnya bagi yang mengikuti keputusan pemerintah.

"Karena, kan, ada orang yang tidak ikut NU, tidak ikut Muhammadiyah, tidak ikut organisasi, yang dia menunggu dari pemerintah. Jadi, menunggu dari pemerintah sidang isbat itu penting," kata Cholil seperti dikutip PR Jabar dari Antara, Minggu 10 Maret 2024.

Baca Juga: SIARAN LANGSUNG Sidang Isbat 1 Ramadan 1445 H Hari Ini, Link Nonton Online Gratis, Cek Jadwalnya

Dikatakan, Sidang Isbat merupakan syiar kepada umat Islam bahwa Ramadhan telah tiba. Pasalnya, Ramadhan menjadi bulan yang sangat ditunggu-tunggu.

Di sisi lain, lanjut dia, Sidang Isbat juga menjadi tempat silaturahim antara ulama, legislatif, pakar astronomi, hingga perwakilan negara-negara sahabat.
   
Perihal potensi perbedaan awal Ramadhan antara Pemerintah dan Muhammadiyah, ia mengajak agar perbedaan tersebut tidak mengurangi kekhusyukan ibadah.

"Jadikanlah ini sarana untuk belajar ilmu agama lebih dalam. Perbedaan itu adalah rahmat, bukan jadi malapetaka," katanya.

Di samping itu, ia mengajak umat untuk perbanyak amal shaleh. Dengan begitu, umat dapat mewujudkan Ramadhan yang berkualitas.***

Editor: H. D. Aditya

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah