Dugderan di Semarang, Acara Budaya yang Dilestarikan Sambut Ramadhan

- 10 Maret 2024, 19:13 WIB
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu bertindak sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum saat mengikuti prosesi kirab Dugderan dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Kauman dan Alun-alun Semarang Sabtu 9 Maret 2024./IST
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu bertindak sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum saat mengikuti prosesi kirab Dugderan dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Kauman dan Alun-alun Semarang Sabtu 9 Maret 2024./IST /

PR JABAR - Di tengah guyuran hujan, prosesi Kirab Dudgeran Kota Semarang tetap berlangsung semarak dan meriah.

Antusiasme masyarakat masih tinggi, dengan berbondong-bondong menyambut rombongan kirab dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Kauman dan Alun-alun Semarang, Sabtu 9 Maret 2024.

Prosesi Dugderan diawali dengan upacara di halaman Balai Kota Semarang. Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu bertindak sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum, Adipati Kota Semarang.

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu bertindak sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum saat mengikuti prosesi kirab Dugderan dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Kauman dan Alun-alun Semarang Sabtu 9 Maret 2024./IST
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu bertindak sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum saat mengikuti prosesi kirab Dugderan dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Kauman dan Alun-alun Semarang Sabtu 9 Maret 2024./IST

Baca Juga: Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2024 di Jayapura dan Sekitarnya: Imsak, Buka Puasa dan Waktu Sholat

Di sela acara, Mbak Ita sapaan akrabnya, mengatakan, prosesi Kirab Dugderan ini merupakan penanda agar masyarakat bersiap menyambut bulan suci Ramadhan.

"Ini menjadi salah satu rangkaian nguri-uri budaya dengan kegiatan-kegiatan menjelang Ramadan," ujarnya melalui keterangan yang diterima PR Jabar, Minggu 10 Maret 2024.

Mbak Ita yang dalam kesempatan itu berlaku sebagai Adipati Kota Semarang Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum juga menandai peresmian Dugderan dengan memukul bedug bersama jajaran Forkopimda.

Diiringi pasukan berkudo, Mbak Ita melepas kirab arak-arakan dengan secara simbolis memecahkan kendi. Mbak Ita lantas menaiki kereta kuda diiringi pasukan berkuda yang dikomandoi Kadisbudpar Kota Semarang, Wing Wiyarso di barisan terdepan.

Wali Kota perempuan pertama di Kota Semarang ini, bahkan turut membagi-bagikan makanan kepada masyarakat yang menonton kirab di sepanjang Jalan Pemuda.

Menurut Mbak Ita, prosesi Dugderan kali ini semakin lengkap dengan adanya keikutsertaan warga Tionghoa.

"Ada arak-arakan pasukan berkudo atau pasukan prajurit 40-an. Ditambah ada pembagian kue keranjang dari Paguyuban Tionghoa, selain kue ganjel rel yang ada di Masjid Agung Semarang dan dibagikan di Aloon-Aloon, karena jaraknya masih berdekatan dengan Imlek," katanya.

Baca Juga: Band indie Majalengka Bakal Unjuk Kabisa di Even Musik Internasional, Amerika dan Berikut Ini Nama Personilnya

Mbak Ita menyebut, dengan kolaborasi dan akulturasi budaya ini, dirinya meyakini bahwa baru Kota Semarang saja yang memiliki prosesi seperti ini.

"Tentunya kami berharap bisa lancar semua proses dari Balai Kota kemudian Masjid Agung Semarang kemudian di Masjid Agung Jawa Tengah. Pembagian kue ganjel rel dan kue keranjang ini juga menjadi wujud akulturasi budaya antara masyarakat Jawa, keturunan Arab, keturunan Tionghoa, dan keturunan Melayu. Tentunya akan menjadi satu rangkaian yang sangat dinantikan masyarakat," tuturnya.

Dengan prosesi Dugderan ini, lanjut Mbak Ita, merupakan perayaan bersama dalam menyambut bulan Ramadhan dengan keikhlasan hingga menyongsong Idul Fitri.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Wing Wiyarso mengatakan, kirab prosesi Dugderan digelar rutin setiap tahun.

Menurut Wing Wiyarso, dulu prosesi Dugderan diinisiasi oleh Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat pada tahun 1881.

"Beliau mewujudkan satu kolaborasi akulturasi budaya. Ketika masyarakat Muslim menjelang Ramadhan, antara umara dengan ulama bersama-sama mengumumkan kepada masyarakat untuk menyambut bulan suci Ramadhan," kata dia.

Baca Juga: Kabar Gembira, di Bandung Ada Sembako Murah Potongan Sampai Rp100 Ribu, Catat Jadwal dan Syaratnya

Wiyarso juga menyebut, prosesi ini diawali dengan adanya Pasar Dugderan di sekitar Alun-alun Semarang yang dimeriahkan berbagai permainan.

Warak Ngendog sebagai simbol Dugderan merupakan binatang imajiner yang menunjukkan akulturasi budaya Kota Semarang sejak zaman dahulu kala.

Acara kebudayaan ini juga bentuk toleransi tinggi antar umat beragama, antar etnis yang ada di Kota Semarang. Apalagi kala itu, Semarang menjadi lokasi strategis dalam melakukan syiar Agama Islam.

Menurut Wing, ini kedua kalinya prosesi Dugderan yang dilakukan setelah revitalisasi Alun-alun Kauman. "Acara pertama ada penyerahan suhuf halaqah. Dari Balai Kota, rombongan Ibu Wali Kota yang memerankan tokoh Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum, nama lain kami izin kepada Keraton Surakarta karena Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat adalah putra. Ini dilakukan karena pimpinan kami putri, maka kami minta arahan kemudian diberikan nama tersebut," terangnya.

Mbak Ita, memimpin prosesi kirab sampai Masjid Agung Semarang Kauman, di sana akan diterima oleh Tafsir Anom bersama Alim Ulama yang hadir. Di Masjid Kauman, kata Wing, akan diumumkan kepada masyarakat tentang penentuan hari datangnya bulan suci Ramadhan 1445 Hijriah.***

Editor: Lucky ML


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah