Fakta Ilmiah Dibalik Trend Vape Saat ini, Lebih Aman dari Rokok Biasa?

- 18 Januari 2024, 11:15 WIB
Ilustrasi vape atau rokok elektrik. (ANTARA/Pexels/Jonathan Cooper)
Ilustrasi vape atau rokok elektrik. (ANTARA/Pexels/Jonathan Cooper) /



PR JABAR - Kebiasaan merokok sebagian orang, kini mulai tergantikan dengan tren yang disebut "nge-vape". Bahkan yang sebelumnya belum pernah merokok pun kini berani mencoba mengisap asap vape ini.

Vaping, dengan menggunakan alat elektronik yang menghasilkan uap yang dihirup penggunanya itu, banyak dianggap sebagai alternatif yang lebih "bersih" daripada rokok konvensional. Namun, apakah benar nge-vape ini bisa lebih aman? Mari kita telisik fakta-fakta ilmiah dibalik fenomena ini.

Apa Itu Vaping?

Dilansir situs Kementerian Kesehatan RI, Vaping adalah aktivitas menghirup uap yang dihasilkan oleh rokok elektronik (e-rokok) atau perangkat serupa. Rokok elektrik atau Vape ini bekerja dengan memanaskan cairan yang biasanya mengandung nikotin, pelarut, dan perasa, sehingga menghasilkan uap yang kemudian dihirup penggunanya.

Persepsi vs Realita

Secara umum, vaping ini dipandang sebagai sebuah pilihan yang lebih sehat daripada merokok tradisional. Pasalnya, ada pengurangan jumlah zat berbahaya yang biasa ditemukan dalam asap rokok konvensional.

Namun persepsi tersebut seringkali menyesatkan. Faktanya, vaping juga menyimpan potensi bahaya yang tidak boleh diremehkan.

Bahaya Kimiawi

Vape mengandung berbagai bahan kimia yang berpotensi membahayakan para pemakainya. Salah satu contoh adalah diacetyl, yang sering digunakan untuk memberikan rasa mentega pada uap atau asap. Diacetyl terkait erat dengan penyakit paru-paru yang serius, seperti bronkiolitis obliterans, yang dikenal juga sebagai "popcorn lung".

Kemudian saat cairan vape dipanaskan, proses ini dapat menghasilkan aldehida seperti formaldehida yang bersifat karsinogenik atau dapat memicu penyakit kanker. Walaupun tingkat karsinogen ini lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional, risiko kesehatan tetap ada, terutama dengan penggunaan jangka panjang.

Risiko Terhadap Remaja dan Penggunaan Ganda

Kecenderungan remaja untuk mencoba vaping menjadi perhatian khusus. Nikotin yang ada dalam sebagian besar cairan vape dapat menyebabkan ketergantungan dan memiliki dampak negatif pada perkembangan otak remaja. Selain itu, studi menunjukkan bahwa remaja yang mulai dengan vaping memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk beralih ke rokok konvensional, menempatkan mereka pada risiko kesehatan tambahan.

Potensi Masalah Kardiovaskular dan Respirasi

Vaping dapat memberikan dampak negatif pada sistem kardiovaskular. Nikotin meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, yang bisa berujung pada masalah jantung. Selain itu, ada bukti yang menunjukkan bahwa vaping dapat memicu respons inflamasi dalam tubuh yang berisiko terhadap kesehatan jantung.

Dampak terhadap sistem respirasi atau pernapasan juga signifikan. Meskipun vaping mungkin tidak menghasilkan tar seperti rokok konvensional, uapnya dapat menyebabkan iritasi dan peradangan di saluran pernapasan, serta mempengaruhi fungsi paru.

Isu Kesehatan Mental

Vaping juga berkaitan dengan masalah kesehatan mental. Nikotin adalah zat adiktif yang bisa menimbulkan ketergantungan, serta berpengaruh pada suasana hati dan konsentrasi. Pengguna yang ketergantungan nikotin mungkin mengalami gejala penarikan saat tidak vaping, termasuk kecemasan, iritabilitas, dan kesulitan konsentrasi.

Kualitas dan Regulasi Produk

Salah satu risiko terbesar dari vaping adalah inkonsistensi dalam kualitas dan regulasi produk. Beberapa produk vape yang beredar di pasaran mungkin tidak memenuhi standar kesehatan yang ketat, meningkatkan risiko penggunaan bahan yang berbahaya.

Sementara vaping mungkin menawarkan alternatif bagi perokok berat untuk mengurangi penggunaan tembakau, penting untuk memahami bahwa ini bukan tanpa risiko. Untuk non-perokok, terutama remaja, memulai vaping bisa menjadi jalan menuju berbagai masalah kesehatan.

Masyarakat perlu edukasi menyeluruh mengenai dampak kesehatan dari vaping. Juga penting untuk memperketat regulasi terhadap produksi dan penjualan rokok elektronik untuk memastikan keamanan pengguna.

Dalam konteks kesehatan masyarakat, pendekatan pencegahan selalu lebih baik daripada mengobati. Menghindari atau berhenti dari vaping adalah langkah terbaik untuk menjaga kesehatan jangka panjang. Untuk mereka yang ingin berhenti merokok, konsultasi dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan metode yang lebih aman dan terkontrol adalah langkah yang bijak.***

Editor: H. D. Aditya

Sumber: Kementerian Kesehatan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah