Peraturan FIFA tentang pergantian asosiasi memang kompleks. Selain batasan usia, ada juga persyaratan lain seperti memiliki hubungan darah atau tinggal di negara baru selama periode tertentu. Bahkan, pemain yang telah pensiun dari timnas sebelumnya pun tidak otomatis bisa membela timnas negara barunya.
Kasus Paes menjadi pengingat bahwa naturalisasi bukan sekadar formalitas administratif. Ada pertimbangan mendalam terkait identitas, loyalitas, dan kontribusi pemain terhadap negara yang dibelanya. Publik pun memiliki pandangan beragam, mulai dari yang mendukung penuh hingga yang skeptis terhadap pemain naturalisasi.
Terlepas dari pro dan kontra, naturalisasi tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia sepak bola modern. Bagi pemain, ini adalah kesempatan untuk mewujudkan mimpi bermain di level tertinggi. Bagi timnas, ini adalah peluang untuk memperkuat skuad dengan talenta-talenta terbaik.
Kini, mata publik tertuju pada keputusan CAS terkait nasib Maarten Paes. Akankah ia menjadi bagian dari sejarah Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026? Hanya waktu yang akan menjawab.***