Heboh Kasus Indosarang, Penerjemah Megawati Hangestri Kim Yoon Sol Angkat Bicara

- 10 Juni 2024, 19:56 WIB
Kim Yoon Sol, Penerjemah Megawati Hangestri saat di Red Spark.
Kim Yoon Sol, Penerjemah Megawati Hangestri saat di Red Spark. /

PR JABAR - Indosarang adalah sebuah situs web yang digunakan oleh komunitas warga Korea di Indonesia atau mereka yang tertarik dengan Indonesia. Situs ini baru-baru ini menjadi viral dan kontroversial karena beberapa unggahan yang dianggap menghina orang Indonesia dan Islam.

Mengapa Indosarang Viral?

Seorang pengguna TikTok dengan akun @5.7fttall mengunggah tangkapan layar dari situs Indosarang yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Unggahan tersebut menunjukkan komentar-komentar yang mengandung hinaan terhadap warga Indonesia dan Islam.

Tanggapan dari Kominfo

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah menyatakan bahwa mereka sedang menyelidiki situs Indosarang. Kominfo akan menganalisis konten situs tersebut dan mengambil tindakan yang diperlukan jika ditemukan pelanggaran hukum.

Heboh kasus Indosarang tersebut membuat Kim Yoon Sol, Penerjemah Megawati Hangestri saat di Red Spark turun angkat bicara.

"Saya sedang di kampus dan ingin membahas postingan kontroversial dari orang Korea tentang Indonesia. Sebagai mahasiswa bahasa Indonesia dan penerjemah, saya sangat marah membaca tulisan tersebut," buka Sol di tayangan video YouTube miliknya, Senin 10 Juni 2024.

"Saya yakin kita semua tahu bahwa tulisan satu orang tidak mewakili seluruh bangsa. Di setiap negara pasti ada orang aneh yang ingin cari perhatian. Dalam bahasa Korea, orang seperti ini disebut 'Gwangsim Jongja' alias Caper, cari perhatian," lanjut dia.

Baca Juga: Kolaborasi aespa dan NewJeans Bikin Kata NewSpa dan AeJeans Jadi Trending di Media Sosial Korea

"Saya harap masyarakat Indonesia tidak salah paham. Hampir semua orang Korea tidak setuju dengan pendapat tersebut. Situs kontroversial itu awalnya adalah tempat berbagi informasi tentang bahasa Indonesia secara gratis, namun disalahgunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan kebencian secara anonim," bebernya.

"Saya sendiri pernah tinggal di Filipina dan mengunjungi beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Saya tidak pernah mengalami diskriminasi atau konflik berdasarkan ras, etnis, atau agama. Kenangan indah itu menjadi motivasi saya belajar bahasa Indonesia," katanya lagi.

Halaman:

Editor: H. D. Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah