PR JABAR - Udara sejuk langsung terasa membelai wajah, ketika pengendara mulai memasuki Desa Banjaran, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Berada di ketinggian 620-an meter di atas permukaan laut (mdpl), Banjaran memiliki suhu udara yang lebih dingin dibandingkan kecamatan lain di Majalengka; seperti Kertajati, Kasokandel, atau Kecamatan Majalengka sendiri yang punya suhu rata-rata 35-40 derajat Celcius saat kemarau.
Di wilayah yang memiliki tanah dengan khas warna merah bata itu, lebih banyak orang berprofesi sebagai pedagang. Menurut data yang dirilis Pemdes Banjaran, profesi terbanyak berikutnya barulah petani.
Aktivitas pedagang bukan hanya bergelut di kampung mereka, melainkan juga mereka yang merantau ke kota-kota besar untuk berdagang di sana. Maelasari (49), seorang agen BRILink, mengaku senang bisa turut membantu para tetangganya yang merantau untuk mengirim uang kepada keluarganya di kampung.
“Banyak tetangga yang kerja di Jakarta dan Bandung. Kalau dulu, keluarganya butuh uang, harus tunggu yang merantau pulang, atau dititip ke tetangga lain yang lagi pulang,” katanya, saat dihubungi Pikiran Rakyat Jabar belum lama ini.
Kini, tetangganya yang merantau bisa mentransfer uang, sementara keluarga mereka di Desa Banjaran, bisa menarik tunai di kios BRILink milik Maelasari.
Awalnya Takut Jadi Agen
Perjalanan Maelasari untuk menjadi agen BRILink tidak mulus pada awalnya. Sebetulnya, warung tempat ia mendirikan kios BRILink ditujukan untuk menjajakan onderdil, lantaran bersebelahan dengan bengkel.
Tak tahunya, warung onderdilnya sepi pembeli. Ia pun mengandalkan pinjaman dari BRI untuk modal membuat warung sembako, yang dilengkapi usaha ecer gas elpiji. Mulanya, ia memiliki stok 10 tabung gas untuk dijual, dan seiring waktu kian bertambah. Meskipun sepi pembeli, onderdil yang ada di warungnya tidak sepenuhnya hilang, tapi ia mengutamakan barang yang cepat laku agar perputaran kasnya cepat. Seperti halnya ban dalam, baud, oli, masih tersedia di etalase warungnya.
Melihat potensi yang dimiliki Mel, seorang mantri menawarkan peluang menjadi agen BRILink. “Tadinya, mantri nawarin mesin EDC aja takut. Takut ditarget, tidak tahu fungsinya. Tapi, mantri itu mengedukasi penggunaannya. Dulu juga masyarakat masih malu meminjam lalu setor ke BRILink. Tidak seperti sekarang, setor, transfer, tarik tunai, sangat lumrah,” ujarnya.
Lima tahun berselang, ia pun menjadi salah satu agen berprestasi dengan jumlah transaksinya selalu melampaui target sampai 200 persen setiap bulannya. Mayoritas transaksi yang ia layani adalah pengiriman dan tarik tunai uang.