Peran Parpol Dalam Mensosialisasikan Program Kampanye Sehat dan Dewasa Diperlukan Dalam Pilkada Serentak 2024

24 Mei 2024, 21:37 WIB
ILUSTRASI: Deret nama kandidat jalur independen vs parpol di Pilkada Jakarta 2024 /Pikiran Rakyat Tangerang Kota/

PR JABAR - Peran penting partai politik (parpol) dalam mensukseskan pemilu di Indonesia sangatlah besar, hal ini bukan hanya sukses dalam memenangkan parpol atau pasangan dalam pesta demokrasi di daerah, seperti di tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota.

Partai politik harus menjadikan suasana kehidupan masyarakat yang harmonis dan kondusif, hal itu menjadi peran partai politik pasca pelaksanaan pemilu.

Di setiap pelaksanaan pemilu di Indonesia, bahkan pilkada serentak diwarnai adanya polarisasi, bahkan sejak 2014, 2019 hingga 2024 polarisasi terus menguat seiring dengan perkembangan dunia teknologi melalui media sosial yang masif.

Baca Juga: One Piece Chapter 1115 Hadirkan Pendekar Pedang Terkuat, Ternyata Bukan Mihawk

Lalu, apakah parpol sudah melakukan literasi agar kader atau pendukungnya tidak termakan berita hoaks? atau menjadi penyebar hoaks?.

Pengamat Politik dan Ilmu Pemerintahan Universitas Padjadjaran (Unpad) Firman Manan, menjelaskan bahwa parpol di Indonesia melakukan literasi mencegah berita hoaks pada tataran saat kampanye.

"Jadi parpol di Indonesia hanya akan melakukan literasi hoaks saat kampanye saja, tidak ditekankan setiap saat. Di pemilu 2014 dan 2019 itu parpol banyak melakukan kampanye bagi program nya, dan isu simbolik lainnya. Memang tidak salah karena itu kampanye positif, " jelasnya, saat dihubungi, Jumat 24 Mei 2024.

Firman menambahkan, masih di tahun 2014 dan 2019 parpol banyak mengangkat isu agama, kedaerahan, personal orang per orang.

Baca Juga: Pilkada 2024, Usai Dilantik 93 Panwascam di Indramayu Diminta Ini Oleh Bupati dan Bawaslu

"Nah ini harus dihindari, dan ini menjadikan sebuah pemahaman masyarakat kita beda, sehingga tidak boleh dilakukan dengan menyudutkan atau mengangkat isu isu sensitif, " paparnya.

Di Pemilu 2024 kemarin pemerintah sudah melakukan berbagai langkah pencegahan hoaks agar tidak menjadi dampak serius, saat tahapan, pelaksanaan dan pasca pemilihan umum 14 februari lalu.

"Masyarakat kita ini hanya 9 persen yang berasal dari lulusan perguruan tinggi, 9 persen ini dianggap memahami bagaimana kampanye, mana itu kampanye negatif , mana itu kampanye positif, " jelasnya.

Sisa dari 9 persen, itu masyarakat yang berlatar pendidikan dari lulusan SD sampai SMA di semua strata golongan.

"Pemerintah melalui Kemenkominfo, Polri, TNI, BIN hingga penyelenggara pemilu yakni KPU dan Bawaslu terus berupaya agar masyarakat tidak termakan hoaks di pemilu 2024," terangnya.

Baca Juga: INFO Penting Haji 2024: Calhaj Gelombang Dua Diminta Mandi Sunah dan Kenakan Pakaian Ihram dari Embarkasi

Diakui Firman, bahwa parpol harus bisa legowo ketika partainya diserang hoaks atau pasangan calon di pilgub, pilbup dan pilwalkot ikut diserang opini medsos.

"Saya ambil contoh, ada fenomena di pilpres 2008 saat Barack Obama dan John Mccain, saat itu pendukungnya Mccain menyerang Obama dengan hoaks bahwa Obama itu masuk golongan islam radikal dan sebagainya, namun oleh Capres Johnny Mccain saat itu dijelaskan bahwa Obama rakyat Amerika yang siap membangun Amerika, dan itu diklarifikasi oleh tokoh langsung, " jelasnya.

Dari penjelasan fenomena di Pilpres Amerika Serikat 2008 itu, kita bisa belajar agar elit politik kita,khususnya di daerah harus dewasa dalam menyikapi perbedaan.

"Intinya dewasa dalam menyikapi perbedaan itu penting, dan itu harus ditunjukkan oleh tokoh politik di negeri ini agar masyarakat bisa melihat dan mengikuti tokoh politik pilihannya, tanpa harus mengorbankan silaturahmi, " pungkasnya.**"

Baca Juga: Tempat Makan Enak di Bandung, Cocok untuk Nongkrong Sambil Cicipi Kuliner Korea Murah Mulai Rp7 Ribuan

Editor: Rian S. Putra

Tags

Terkini

Terpopuler