PR JABAR - Sejarah takbir berawal dari kisah Nabi Ibrahim AS yang mendapat perintah dari Allah SWT untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail AS. Nabi Ibrahim dengan ikhlas menerima perintah tersebut, dan Nabi Ismail pun dengan patuh bersedia dikorbankan. Namun, Allah SWT menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba sebagai kurban.
Saat Nabi Ibrahim hendak menyembelih Nabi Ismail, Malaikat Jibril datang dan mengucapkan "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar" (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar).
Nabi Ismail kemudian menjawab, "Laa ilaaha illallahu wallahu akbar" (Tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar).
Nabi Ibrahim kemudian menimpali, "Allahu akbar walillahil hamd" (Allah Maha Besar dan segala puji bagi Allah).
Kalimat-kalimat tersebut kemudian menjadi lafadz takbir yang dikumandangkan oleh umat Islam di hari raya Idul Adha. Takbir ini menjadi pengingat akan ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam menjalankan perintah Allah SWT, serta menjadi simbol syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT.
Takbir pada Masa Rasulullah SAW
Pada masa Nabi Muhammad SAW, takbir dikumandangkan sejak malam Idul Adha hingga shalat Idul Adha selesai. Rasulullah SAW sendiri memimpin takbir bersama para sahabatnya. Tradisi ini kemudian dilanjutkan oleh para khalifah dan umat Islam setelahnya.
Seiring berjalannya waktu, tradisi takbir mengalami perkembangan. Di beberapa daerah, takbir dikumandangkan dengan iringan bedug dan alat musik tradisional lainnya. Ada juga yang menambahkan syair-syair pujian kepada Allah SWT dalam takbir.