Pesawat Garuda Indonesia Mendarat Darurat di Sungai Bengawan Solo 16 Januari 22 Tahun Lalu

- 16 Januari 2024, 13:53 WIB
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia.
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia. /Dok Garuda Indonesia



PR JABAR - Pesawat Garuda Indonesia mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo, Jawa Tengah. Seorang pramugari pesawat tewas karena tersedot keluar pesawat karena pintu darurat terbuka.

Peristiwa nahas itu menimpa pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 421, rute Bandar Udara Selaparang Mataram menuju Bandar Udara Adisucipto Yogyakarta.

Pesawat yang dipakai dalam penerbangan ini adalah Boeing 737-3Q8, dengan kode registrasi PK-GWA. Pesawat dibuat pada tahun 1988 dan dikirim pada tahun 1989.

Baca Juga: BANSOS PKH 2024 Cair! Per Bulan Ada Rp 400 Ribu Dimulai dari Januari

Pesawat tersebut adalah pesawat Boeing 737 pertama yang diterbangkan oleh Garuda Indonesia. Saat kejadian, pesawat ini diterbangkan oleh Kapten Abdul Rozaq (44) dan kopilot Harry Gunawan (46).

Peristiwa pesawat Garuda Indonesia mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo, Desa Serenan, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ini terjadi pada 16 Januari 2002 atau 22 tahun lalu.

Pesawat nahas tersebut terpaksa mendarat di atas air karena masalah yang dialami. Kecelakaan itu terjadi saat cuaca sedang hujan.

Ribuan jam terbang

Laporan penerbangan yang dikeluarkan oleh KNKT di tahun 2006 yang dilansir dari YouTube TamaraDelv, jenis pesawat yang digunakan dalam penerbangan GA421 ini adalah jenis Boeing 737-300.

Boeing 737-300 ini diproduksi tahun 1989, usianya sekitar 13 tahun pada saat melakukan pendaratan darurat dan pesawat ini telah memiliki 28.141 jam terbang.

Pilot yang bertugas pada saat itu adalah Kapten Abdul Rozak, usianya 44 tahun. Ia merupakan pilot senior dan bergabung dengan Garuda Indonesia di tahun 1980.

Kapten Abdul juga telah memiliki jam terbang termasuk didalamnya ada 5.086 jam terbang dengan menggunakan jenis pesawat Boeing 737.

Baca Juga: Jadwal dan Tema Debat Keempat Pilpres 2024 

Sedangkan kopilot yang bertugas pada saat itu adalah first officer Harry Gunawan, usianya 46 tahun. Ia bergabung dengan Garuda Indonesia di tahun 1982 dan telah memiliki 7.137 jam terbang.

Berkat jam terbang dan keahlian pilot serta kru lainnya, Garuda Indonesia berhasil mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo dan menjadi saksi terselamatkannya 59 nyawa, walau seorang pramugari meninggal dunia.

Cuaca buruk dan badai

Sementara berdasarkan penyelidikan yang dilakukan termasuk analisis dari kotak hitam data penerbangan digital (DFDR) dan gambar yang diperoleh dari satelit NOAA-12, menunjukan, penerbangan telah memasuki badai sewaktu kru pesawat memulai untuk mengubah rute dari rute normal menuju Yogyakarta.

Data satelit menunjukan pesawat memasuki daerah dengan cuaca buruk sekitar 09.18 UTC. Cuaca sangat buruk dan badai juga terekam dalam rekaman percakapan di dalam kokpit (CVR).

Baca Juga: 8 Ciri Kecerdasan Emosional, Jika Kamu Memilikinya Artinya Kamu Memiliki Kecerdasan Emosional!

Data dari pencitraan satelit, CVR dan DFDR serta pernyataan pilot menunjukan sebelum pesawat memasuki kawasan badai, pesawat menuju selatan dan terbang menuju ke celah anatara dua badai.

Pilot melaporkan bahwa mereka mencoba terbang di celah antara dua badai yang dapat dilihat dari radar cuaca pesawat. Setelah 90 detik memasuki badai, kedua mesin pesawat mati pada 09.20 UTC, CVR dan DFDR berhenti merekam karena kehilangan listrik dari generator yang berada di kedua mesin pesawat.

Pilot mencoba tiga kali menghidupkan kembali mesin pesawat namun gagal dan memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat di sungai Bengawan Solo.

Setelah mendarat di atas aliran sungai, pesawat pun terhenti. Kru kemudian membuak dua pintu untuk evakuasi. Para warga desa yang berada dekat di tempat kejadian juga turut membantu.

Tak dioperasikan

Penumpang yang tidak terluka dan barang-barang pribadinya ditampung sementara di sebuah rumah kosong seorang warga, sementara penumpang yang terluka diangkut dengan kendaraan yang tersedia ke klinik terdekat.

Baca Juga: Daftar Aplikasi Penghasil Saldo DANA Hari Ini Terbaru dan Tercepat 2024 Aman Tentunya Terbukti Membayar

Usai evakuasi, pilot menghubungi Jogja Tower melalui telepon seluler dan melaporkan pendaratan dan lokasi darurat.

Tim penyelamat tiba sekitar dua jam kemudian dan semua penumpang dan awak yang tersisa dibawa dengan selamat ke rumah sakit.

Akibat insiden tersebut, Garuda Indonesia tidak lagi mengoperasikan rute ini pada tahun 2005. Masih menggunakan nomor penerbangan GA-421, namun pada rute Denpasar–Jakarta sebagai gantinya, dioperasikan oleh Airbus A330 atau 777-300ER.

Garuda Indonesia juga mendanai pembangunan jalan lokal di sekitar lokasi kecelakaan dan juga membangun aula serbaguna dan fasilitas waduk sebagai bentuk terima kasih atas bantuan warga setempat saat evakuasi.***

Editor: Lucky ML

Sumber: berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah