Kesultanan Banten Musnahkan Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran: Kalah Perang! Keluarga Keraton Melarikan Diri

- 27 Desember 2023, 13:57 WIB
Ilustrasi Peperangan Era Kerajaan Hindu
Ilustrasi Peperangan Era Kerajaan Hindu /Rublik Depok/

Kondisi Sosial Di Pajajaran Sebelum Dimusnahkan Kesultanan Banten

Tidak Menjamin Keamanan dan Kesejahteraan Rakyat

Nilakendra ini Pajajaran mulai membangun sejumlah infrastruktur secara fisik demi menarik pandangan mata. Terkenal tidak terlalu menjamin keamanan rakyatnya, terkenal taman tidak menangal. Sejumah taman direkonstruksi ulang dengan memiliki 17 buah tiang 17. Tembok - tembok istana dengan ukiran bermacam-macam terpampang, tak ketinggalan keraton juga direkonstruksi ulang..

Pembangunan fisik yang dilakukan Nilakendra tak diimbangi dengan pembangunan spiritual dan kepastian keamanan. Padahal jika ia belajar dari sejarah, seharusnya Nilakendra tahu bahwa Pajajaran mengalami kemerosotan signifikan, salah satunya karena faktor keamanan. Pasca Prabu Siliwangi memerintah, wilayah Pajajaran semakin sering diganggu keamanannya oleh musuh.

Bahkan di masa zaman Nilakendra, musuh - musuh sudah mulai mendekat ke dalam keraton. Masyarakat Sunda sudah banyak yang membangkang, mulai pemerintahan, pemuka agama, hingga raja mereka di daerah kekuasaan Pajajaran.

Parahnya di masa Nilakendra, Pakuan tidak memperhatikan lagi keadaan masyarakat. Prinsip "nyatu tampa ponyo, nginum twak tamba hanaang" atau makan sekadar lapar, minum menghilangkan dahaga, sudah tidak lagi ada. Namun yang justru, "wong huma darpa mamangan, Tan igar yan yan pepelekan" yang berarti para petani merasa kurang makanan, tidak merasa senang bila tidak bertanam sesuatu.

Di masa pemerintahan Nilakendra, ditemukan banyak rakyat mulai frustasi. Mereka takut sewaktu-waktu ada musuh datang menyerang, sedangkan kerajaan tidak pernah memperhatikan keadaan rakyat.

Penguasa Bertabiat Buruk

Pajajaran pernah pernah diperintah oleh seorang raja yang memiliki tabiat sangat buruk. Raja bernama Ratu Sakti memerintah pasca Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi, Surawisesa dan Ratu Dewata. Ia dikenal oleh rakyat sebagai raja temperamental

Pelanggaran Ratu Sakti yang dilakukukan diceritakan cukup banyak. Bahkan ia sengaja menikahi istri ayahnya sendiri, membunuh orang tanpa dosa, merampas harta harta orang-orang kecil, tidak berbakti kepada orang tua dan pemuka agama.

Kejahatan yang semakin merajalela, diperparah dengan kelaparan di mana-mana. Sehingga banyak masyarakat memberontak terhadap kerajaan sendiri. Padahal perilaku tersebut tidak pernah direstui oleh ajaran agama. Ratu Sakti lebih memilih meniti hidupnya dengan kehidupan egois, semena-mena.

Halaman:

Editor: Iswahyudi

Sumber: Hitam Putih Pajajaran (Fery Taufiq El Jaquenne)


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah