PR JABAR - "Berapa jumlah guru yang tersisa?" Itulah pertanyaan pertama yang terlontar dari mulut Kaisar Hirohito, Kaisar Jepang ke 142.
Pertanyaan itu ia lontarkan saat mendengar berita luluh lantaknya Hiroshima dan Nagasaki akibat bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) di ujung Perang Dunia II.
Kaisar Hirohito melihat kehancuran dua kota di negara yang dipimpinnya dan itu menjadi alasan bagi dia untuk menyelamatkan guru.
Demikian pesan yang penuh inspirasi terhadap banyak orang dan tanpa batas waktu tentang betapa pentingnya peran guru dalam membangun peradaban bangsa.
Dan hari ini, tepat 2 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Sama dengan peringatan-peringatan hari besar lainnya, setiap peringatan haruslah membawa siapapun pada ruang kesadaran untuk menguatkan eksistensi dan mawas diri untuk sebuah cita-cita yang besar.
Dengan tema besar yang dijadikan ruh pada Hardiknas 2024 "Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar", perjalanan bangsa ini dalam mengemas produk-produk Pendidikan bukan tanpa tantangan dan rintangan. Tantangan ini menjadi pekerjaan rumah (PR) yang terus menanti penyelesaian menyeluruh dan komprehensif.
Kesenjangan
Pembangunan dunia pendidikan di negara kita masih menyisakan pekerjaan rumah yang berat, di antaranya upaya untuk menghilangkan kesenjangan pelayanan pendidikan bagi masyarakat.
Hal ini di banyak wilayah masih sangat terasa terutama antara sekolah pemerintah (negeri) dengan sekolah swasta. Kesenjangan ini menyangkut banyak dimensi baik infrastruktur, fasilitas maupun SDM.
Tidak menutup mata support pemerintah terhadap aset yang dimilikinya (sekolah negeri) tidak sama dengan apa yang diterima oleh sekolah swasta.