Amerika Serikat mengutuk serangan tersebut, dan menyebutnya sebagai serangan yang "sembrono".
"Amerika Serikat mengutuk keras serangan Iran di Erbil hari ini dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban yang tewas. Kami menentang serangan rudal Iran yang sembrono, yang merusak stabilitas Irak," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, dalam sebuah pernyataan.
Ledakan-ledakan terdengar di Aleppo dan daerah sekitarnya, di mana "sedikitnya 4 rudal yang datang dari arah Laut Mediterania" jatuh, kata pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights.
Pada tanggal 3 Januari, pembom bunuh diri menghantam kerumunan orang yang berkumpul di dekat makam jenderal IRGC yang dihormati, Qasem Soleimani, di Kerman, menewaskan sekitar 90 orang. Serangan itu kemudian diklaim oleh ISIS.
Pada bulan Desember, sedikitnya 11 polisi Iran terbunuh dalam sebuah serangan di sebuah kantor polisi di Rask. Kelompok jihadis Jaish al-Adl (Tentara Keadilan), yang dibentuk pada tahun 2012 dan masuk dalam daftar hitam Iran sebagai kelompok "teroris", mengaku bertanggung jawab.
Baca Juga: Pejabat Kesehatan AS: Ganja Tidak Terlalu Berbahaya dan Tidak Terlalu Rentan terhadap Penyalahgunaan
'Operasi mata-mata' Israel
IRGC juga mengatakan bahwa mereka telah menyerang "markas mata-mata" Israel yang diduga berada di wilayah otonom Kurdistan Irak, kantor berita Iran IRNA melaporkan.
Dikatakan bahwa markas tersebut telah berfungsi sebagai "pusat pengembangan operasi spionase dan perencanaan aksi teroris di wilayah tersebut," dan menyebut organisasi mata-mata Israel, Mossad.